Wednesday, February 26, 2014

Kids, You’re Allowed to Dream!


source: fcc-middletown


Warning: This blog post is personal. It represents writer's personal opinion. 

Sepertinya saya harus memulai postingan ini dengan bersyukur, “Alhamdulillah”, Terima kasih Tuhan. Bersyukur karena saya melewati masa kanak-kanak yang menyenangkan. Saya bisa makan enak setiap hari. sekolah dengan tenang, dan jadi juara kelas. Saya punya tas sekolah yang bagus, peralatan sekolah yang lengkap, bahkan masih bisa berlangganan majalah Bobo. Saya bisa tertawa setiap hari tanpa harus memikirkan sepatu yang robek, buku tulis yang habis atau pakaian seragam yang kotor. Terima kasih Tuhan.

Itu dia mengapa setiap kali bertemu anak kecil yang berkeliaran di jalanan; entah mengamen, mengemis, atau berjualan koran, ingatan akan masa kecil saya yang menyenangkan seakan terulang kembali. Mereka, anak-anak harapan bangsa Indonesia itu, semestinya bersekolah dan belajar dengan rajin, bermain bola bersama teman-teman dan tidur di malam hari setelah mengerjakan PR. Kenyataannya, tidak semua bisa menikmati masa-masa kanak-kanak yang menyenangkan. Tidak semua bisa belajar dengan rasa tenang tanpa harus memikirkan besok pagi bisa makan atau tidak.

Kamu bisa apa?

I’m not super human, I know. Tadinya nggak banyak yang bisa saya lakukan, selain merenungi keadaan, dan bingung harus mulai dari mana. Di tahun 2012, saya pernah terlibat mengajar anak-anak jalanan lewat Lombok Kids Project, juga pendirian taman bacaan di kampung kelahiran bapak saya, di Dusun Nusa, Desa Ganti. Lombok Kids Project vacum pasca ditinggal para pengajar (termasuk saya, saat itu), taman bacaan di Nusa Ganti masih sering dikunjungi anak-anak saban Minggu, meski koleksi bukunya tidak banyak bertambah.

ShareForCare, lewat gerakan inilah akhirnya, di penghujung tahun 2013, saya dipertemukan dengan sekumpulan orang yang memiliki visi sama. Kami ingin melakukan sesuatu bagi pendidikan anak-anak di pelosok Lombok. Saat pertama kali bergabung dengan #SFC, harapan saya nggak muluk-muluk. Ketika menyatakan siap, maka yang terpikir dalam benak saya adalah meluangkan beberapa kali Minggu dalam satu bulan untuk mengajar ke sekolah pelosok tersebut. Simpel.

Semakin kesini, saya menyadari bahwa semangat yang dibawa #SFC jauh lebih besar dari yang saya bayangkan. Lebih dari sekedar aktifitas mengajar bahasa Inggris dasar. Lebih dari sekedar belajar sambil bermain atau bernyanyi. Lebih dari sekedar aktifitas drawing atau coloring. This is much BIGGER than that, SFC mengajarkan anak-anak untuk berani BERMIMPI!

Salah seorang teman saya pernah berkata, “hasil pendidikan itu nggak instan, benih yang kamu tebar sekarang, nggak bisa langsung tumbuh begitu aja.” Entah kenapa, saya merasa bahwa kehadiran SFC telah menebar benih. SFC menebar benih semangat dalam hati anak-anak. Semangat untuk belajar. Semangat untuk melihat dunia yang lebih luas. Semangat untuk berani bercita-cita. Semangat untuk membangun desa. Semangat untuk melihat masa depan yang lebih berwarna. Seperti namanya, benih semangat itu bisa jadi sangat kecil, tapi, bukankah ia bisa tumbuh besar bila terus dijaga dan dirawat?

Tinggal di pelosok jangan jadi halangan untuk meniatkan diri melihat dunia yang lebih luas
Keterbatasan sarana dan prasarana jangan jadi alasan untuk berhenti menuntut ilmu
Boleh kita bermain di ladang, tapi jangan jadi alasan untuk tak berani menjejak kota

KIDS, YOU ARE ALLOWED TO DREAM! SO, DREAM BIG!

-Eliyan


No comments:

Post a Comment